Panglima TNI Buka Dikreg XLII Sesko TNI TA. 2015
Selasa, 17 Maret 2015JAKARTA (Berita) Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko bertindak selaku Inspektur Upacara pada pembukaan Pendidikan Reguler (Dikreg) XLII Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI tahun 2015 di Aula Sesko TNI Jl. R.A.A. Martanegara No. 11 Bandung, Jawa Barat, Senin (16/03/2015). Pendidikan yang akan berlangsung selama 9 bulan ini diikuti oleh 150 orang Perwira Siswa (Pasis) terdiri dari Perwira Menengah (Pamen) TNI dan Polri berpangkat Kolonel, 61 Pamen dari TNI AD, 40 Pamen TNI AL, 40 Pamen TNI AU dan 2 Pamen Polri serta 7 orang Pasis dari mancanegara masing-masing satu orang peserta dari Mali, Saudi Arabia, Korsel, Thailand, Singapura, Malaysia dan Australia.
Panglima TNI dalam pengarahannya mengatakan bahwa, kerja sama antar negara dapat dilakukan untuk kepentingan negara dan juga untuk mengumpulkan kekuatan dengan tujuan utama guna mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta terciptanya stabilitas dan keseimbangan dunia internasional. Dalam kaitan perkembangan neorealisme tersebut, diharapkan agar para siswa Sesko TNI memiliki pemikiran cerdas dalam mencerna perkembangan lingkungan, dan memiliki pemikiran strategis dalam menghadapi realisme perkembangan nasional, karena realisme yang terjadi adalah pelemahan terhadap kekuatan negara.
Adanya kekhawatiran penguatan militerisme dari satu atau dua elemen masyarakat terhadap banyaknya MoU TNI dengan Kementerian atau Lembaga, merupakan realisme adanya upaya pemikiran untuk mengkotak-kotakan dalam menangani permasalahan bangsa, yang juga hanya melihat hitam putih dengan tendensius untuk memisahkan TNI dari pemerintah dan rakyat, tanpa melihat realisme yang berkembang, sedangkan permasalahan bangsa tidak bisa dilihat hanya pada satu sisi dan tidak dapat diatasi oleh hanya satu komponen bangsa.
Tugas mengatasi aksi terorisme; mengamankan wilayah perbatasan; mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis, membantu tugas pemerintahan di daerah; membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue), serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan, adalah tugas yang realismenya telah ditetapkan oleh undang-undang. “TNI memiliki perspektif realisme bahwa negara masih merupakan satu-satunya aktor utama dalam hubungan internasional, dan negara adalah sebagai kekuatan yang paling tinggi”, kata Jenderal TNI Moeldoko.
Dalam kaitan tersebut, Panglima TNI mengingatkan kepada para siswa untuk tidak terpengaruh oleh pemikiran kontra realisme dan isu kondisionalitas, yang mencoba lagi memisahkan TNI dan rakyat. TNI akan melanjutkan tugas sesuai yang digariskan oleh undang-undang dan kebijakan pemerintah. TNI dan para Perwira dalamnya tidak boleh berpolitik praktis, tetapi manakala dalam membangun bangsa ini ada komponen yang meminta bantuan, TNI tabu untuk menolaknya, karena tugas bantuan itupun adalah amanah undang-undang.
Lebih lanjut Panglima TNI menekankan kepada para siswa untuk terus mengembangkan dan meningkatkan kapasitas serta kapabilitas diri siswa, yang dijiwai prinsip dan semangat membangun interoperabilitas TNI dengan mengeliminasi ego sektoral, karena tantangan ke depan menuntut kompetensi individu dalam konteks Interoperability Triservice atau Trimatra Terpadu dengan mengeliminasi ego sektoral, karena dengan ketiga hal tersebut TNI dapat melaksanakan tugas yang diembankan negara dan pemerintah.
Dalam konteks akademis, Panglima TNI berharap kajian-kajian strategis terhadap kondisi faktual saat ini dan kecenderungannya, harus menjadi atensi dengan porsi yang memadai, karena setelah para Perwira selesai dari pendidikan ini akan menghadapi realisme tugas yang sesungguhnya.
Dalam rangkaian kunjungan kerja ke wilayah Garnisun Tetap II/ Bandung-Cimahi Panglima TNI juga berkesempatan meresmikan “Wisma Bela Negara Siliwangi” yang berada di kawasan lapangan tembak Gunung Bohong, Cimahi, Jawa Barat. Gedung dua lantai dengan luas 678 m² itu mempunyai kapasitas 160 orang yang bisa dimanfaatkan oleh prajurit maupun masyarakat sekitarnya untuk kegiatan dalam mengisi dan membangun bangsa dengan materi Bela Negara.
Sebelum meresmikan Wisma Bela Negara Siliwangi, Panglima TNI menyaksikan lomba tembak runduk senapan kaliber 7,62 mm jarak 600 M yang diikuti oleh 3 tim terdiri dari TNI AD, TNI AL dan TNI AU dengan masing-masing tim beranggotakan 5 orang petembak. Sasaran yang digunakan adalah plat baja dan gambar lesan tubuh statik. Lomba tembak secara tim dimenangkan oleh tim TNI Angkatan Laut dan secara perorangan dimenangkan oleh TNI Angkatan Darat.
Hadir dalam acara tersebut, Dankodiklat TNI AD, Pangdam III/Siliwangi, Koorsahli Panglima TNI, para Asisten Panglima TNI, Kapuspen TNI, para Asisten Kodam III/Siliwangi, Kapolres Cimahi serta Perwakilan Pejabat Pemkot Cimahi.
.
Panglima TNI: Kekhawatiran Penguatan TNI Upaya Kotak-kotakkan Permasalahan Bangsa
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Moeldoko menjadi Inspektur Upacara pada pembukaan Pendidikan Reguler (Dikreg) XLII Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI tahun 2015 di Aula Sesko TNI Jl. R.A.A. Martanegara No. 11 Bandung, Jawa Barat, Senin (16/03/2015).
Panglima TNI dalam pengarahannya mengatakan bahwa, kerja sama antarnegara dapat dilakukan untuk kepentingan negara dan juga untuk mengumpulkan kekuatan dengan tujuan utama guna mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta terciptanya stabilitas dan keseimbangan dunia internasional.
Dalam kaitan perkembangan neorealisme tersebut, diharapkan agar para siswa Sesko TNI memiliki pemikiran cerdas dalam mencerna perkembangan lingkungan, dan memiliki pemikiran strategis dalam menghadapi realisme perkembangan nasional, karena realisme yang terjadi adalah pelemahan terhadap kekuatan negara.
Adanya kekhawatiran penguatan militerisme dari satu atau dua elemen masyarakat terhadap banyaknya MoU TNI dengan Kementerian atau Lembaga, merupakan realisme adanya upaya pemikiran untuk mengkotak-kotakan dalam menangani permasalahan bangsa.
Menurut Panglima TNI kecurigaan elemen yang hanya melihat hitam putih dengan tendensius untuk memisahkan TNI dari pemerintah dan rakyat, tanpa melihat realisme yang berkembang, sedangkan permasalahan bangsa tidak bisa dilihat hanya pada satu sisi dan tidak dapat diatasi oleh hanya satu komponen bangsa.
Jenderal Moeldoko mengatakan, tugas mengatasi aksi terorisme; mengamankan wilayah perbatasan; mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis, membantu tugas pemerintahan di daerah; membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue), serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan, adalah tugas yang realismenya telah ditetapkan oleh undang-undang.
“TNI memiliki perspektif realisme bahwa negara masih merupakan satu-satunya aktor utama dalam hubungan internasional, dan negara adalah sebagai kekuatan yang paling tinggi,” kata Jenderal TNI Moeldoko dalam keterangan yang diterima.
Dalam kaitan tersebut, Panglima TNI mengingatkan kepada para siswa untuk tidak terpengaruh oleh pemikiran kontra realisme dan isu kondisionalitas, yang mencoba lagi memisahkan TNI dan rakyat.
“TNI akan melanjutkan tugas sesuai yang digariskan oleh undang-undang dan kebijakan pemerintah. TNI dan para Perwira dalamnya tidak boleh berpolitik praktis, tetapi manakala dalam membangun bangsa ini ada komponen yang meminta bantuan, TNI tabu untuk menolaknya, karena tugas bantuan itupun adalah amanah undang-undang,” kata Jenderal Moeldoko.
Lebih lanjut Panglima TNI menekankan kepada para siswa untuk terus mengembangkan dan meningkatkan kapasitas serta kapabilitas diri siswa, yang dijiwai prinsip dan semangat membangun interoperabilitas TNI dengan mengeliminasi ego sektoral.
“Karena tantangan ke depan menuntut kompetensi individu dalam konteks Interoperability Triservice atau Trimatra Terpadu dengan mengeliminasi ego sektoral, karena dengan ketiga hal tersebut TNI dapat melaksanakan tugas yang diembankan negara dan pemerintah,” katanya.
Sementara itu, dalam konteks akademis, Panglima TNI berharap kajian-kajian strategis terhadap kondisi faktual saat ini dan kecenderungannya, harus menjadi atensi dengan porsi yang memadai, karena setelah para Perwira selesai dari pendidikan ini akan menghadapi realisme tugas yang sesungguhnya.
.
Panglima TNI: Bukan Tidak Mungkin Poso Disusupi ISIS
BANDUNG, KOMPAS.com – Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, pencegahan terhadap faham radikalisme Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) harus terus dilakukan secara intensif. Sebab jika dibiarkan, ISIS bisa memberikan ancaman serius dengan membuat basis di Indonesia.
“ISIS baru ancaman besar potensial, tapi kalau tidak ditangani akan menjadi ancaman faktual untuk kita semua,” kata Moeldoko di Sesko TNI, Jalan Martanegara, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (16/3/2015).
Moeldoko menambahkan, beberapa daerah konflik di Indonesia seperti Poso juga perlu diproteksi dengan baik. Bukan tidak mungkin, kata dia, Poso disusupi paham ISIS.
“Tidak boleh memberikan tempat di wilayah manapun sebagai basis berkembangnya kegiatan kegiatan yang menjurus kepada ISIS atau aktor-aktor radikalisme. Contoh, di Poso kalau tidak dikelola dengan baik bisa dipakai untuk basis pergerakan ISIS,” tutur dia.
Demi melindungi Poso dari ISIS, TNI terus bekerjasama dengan pihak kepolisian. “Sekarang kepolisian beroporesi di sana, nanti kita (TNI) lanjutkan. Tujuannya jangan sampai Poso menjadi basis pergerakan ISIS. Intinya tidak diberikan tempat untuk pergerakan ISIS,” tegas dia.
.
TNI Cegah Tumbuhnya Basis ISIS di Indonesia
BANDUNG, (PRLM).- Wilayah Poso, dikhawatirkan jika tidak diawasi dengan baik, bisa menjadi basis ISIS, sehingga TNI dan masyarakat sekitar, bahkan seluruh masyarakat Indonesia, perlu bahu membahu mencegahnya ISIS di kawasan tersebut untuk bisa berkembang.
Hal di atas diungkapkan oleh Panglima TNI Moeldoko, saat diwawancarai seusai acara Pembukaan Pendidikan Reguler XLII Sesko TNI TA 2015 di Sesko TNI, Jalan Martanegara, Kota Bandung, pada Senin (16/3/2015).
Moeldoko menjelaskan jika tidak dijaga dengan baik, maka Poso bisa digunakan basis pergerakan radikalisme. Sehingga kata dia, Pihak TNI akan terus membantu aparat Kepolisian melakukan operasi di Poso.
“Tujuannya jangan sampai Poso digunakan sebagai basis pergerakan. Ini berbahaya. Jadi kami tidak berikan sejengkal pun tempat bagi berkembangnya ISIS,” ucapnya.
Sehingga kata Moeldoko, TNI tak bakal memberikan celah bagi kelompok ISIS berkembang di Indonesia. Perlu penanganan bersama-sama mencegah ISIS tidak menyebarkan pahamnya ke masyarakat seluruh nusantara.
“Saya pun pasti menangani ISIS secara serius. Bagaimana eksistensi ISIS ini ke depan kalau tidak ditangani secara baik, Maka itu, saya sudah berkomunikasi dengan semua pihak, kita harus tempatkan ISIS sebagai musuh bersama. Itu sangat penting,” katanya.
Menurut Moeldoko, meskipun sekarang ini ISIS baru ancaman bersifat potensial, tetapi kalau tak dikelola dengan baik akan menjadi ancaman faktual. “TNI pun jelas tidak akan memberikan tempat di wilayah manapun sebagai basis berkembangnya kegiatan-kegitan yang menjurus kepada ISIS atau aktor-aktor radikalisme,” ujarnya.
.
Panglima TNI: Dua Pesawat TNI AU Masuk Ruang Hampa Sebelum Tabrakan
BANDUNG, KOMPAS.com — Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, dua pesawat latih KT-1B Woong Bee buatan Korea Selatan yang tergabung dalam tim Jupiter Aerobatic milik TNI AS jatuh karena faktor non-teknis.
Menurut Moeldoko, berdasarkan hasil investigasi sementara yang dilakukan oleh TNI AU, dua pesawat tersebut sempat masuk ke dalam ruang hampa sebelum jatuh. “Saat pesawat naik, di sana ada ruangan hampa. Jadi, (pesawat) yang di atas bisa turun, (pesawat) yang di bawah bisa naik. Ini yang secara kasatmata tidak bisa dilihat. Kemungkinan investigasi awal seperti itu,” ujar Moeldoko di Sesko TNI, Jalan Martanegara, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (16/3/2015).
Demi lebih memastikan penyebab kecelakaan tersebut, Moeldoko mengaku telah mengirim tim investigasi khusus ke lokasi jatuhnya pesawat di Langkawi International Maritime & Aerospace Exibition (LIMA) 2015, Malaysia. “Kita sudah kirim tim pagi tadi naik Hercules ke sana,” imbuhnya.
Moeldoko menegaskan, para pilot pesawat sebenarnya tidak gagal melakukan akrobat udara. “Bukan gagal, melainkan ada faktor non-teknis. Kita cermati untuk kita evaluasi ke depan,” ucap dia.
Moeldoko mengatakan, Jupiter Aerobatic adalah kegiatan yang memang berbahaya sebab jarak antarpesawat sangat tipis. “Hanya 10 sampai 20 sentimeter beda jarak antarpesawat. Jarak atas bawah,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, kemarin, sekitar pukul 14.00 WIB, enam pesawat latih KT-1B terbang di kawasan Pulau Langkawi. “Ketika hendak melakukan manuver, dua dari enam pesawat itu saling menyerempet dan tabrakan,” ujar Kadispen TNI AU Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto saat dihubungi Kompas.com, Minggu siang.
Beruntung, empat awak di dua pesawat itu berhasil lolos dari maut berkat kursi pelontar. Keempatnya berhasil mendarat menggunakan parasut tanpa luka-luka.
LIMA 2015 adalah pameran dirgantara dan kelautan yang diselenggarakan di Malaysia. Dalam ajang ini, berbagai industri penerbangan dan kelautan berunjuk gigi atas produk-produk mereka.
.
Pesawat TNI AU Batal Tampil Khawatir Ganggu Psikologis Pilot Lain
JAKARTA – Jupiter Aerobatic Team (JAT) TNI-AU batal tampil dalam Pameran Internasional Maritim dan Udara (LIMA ’15) di Pusat Pameran Antarabangsa Mahsuri, Langkawi, Malaysia pada 17-21 Maret karena dikhawatirkan penerbang lain merasa trauma pasca kecelakaan tersebut.
“Penarikan JAT ke Tanah Air berdasarkan Standard Operation Procedure (SOP) yang ada. Kita cooling down dahulu karena akan mengganggu psikologis dan konsentrasi penerbang yang lain pasca kecelakaan dua pesawat Wong Bee KT-1B pada Minggu 15 Maret,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI-AU Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjono saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (17/3/2015).
Saat ini, tim akrobatik Jupiter sedang dalam perjalanan kembali ke Indonesia dari Lanud Pekanbaru melalui Lanud di Palembang menuju Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Menurut dia, tim investigasi dari Mabes TNI AU sedang menyelidiki insiden kecelakaan tersebut, yang terdiri atas tiga kelompok. Yakni, tim yang memeriksa psikologi penerbang, kesehatan penerbang dan tim keselamatan dan kecelakaan penerbang.
“Saat ini, belum ada hasilnya karena tim investigasi tengah bekerja,” kata Hadi.
Hadi mengatakan, empat pilot yang kecelakaan itu telah tiba di Halim Perdanakusuma pada Senin 16 Maret malam dan akan istirahat sementara di Halim Perdanakusuma. “Mereka dalam kondisi baik,” katanya.
Empat orang penerbang itu adalah Marsekal Pertama TNI Yadi Indrayadi, Letnan Kolonel Arif Hartono, Mayor Penerbang Harjo dan Mayor Penerbang Romas.
Mereka tiba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada pukul 19.57 WIB bersama rombongan TNI AU menggunakan pesawat TNI AU Boeing 737. KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna sebelumnya mengatakan, kepulangan empat pilot itu hasil koordinasi pihaknya dengan tentara Diraja Malaysia dan penyelenggara Langkawi International Maritime dan Aerospace 2015 (LIMA 15).
“Kita mengambil beberapa tindakan, tadi pagi, jam 04.00 pagi kita berangkatkan satu pesawat Hercules beserta tim keselamatan kerja, itu berkoordinasi dengan pihak penyelenggara maupun Tentara Udara Diraja Malaysia,” ujar KSAU.
Dari hasil koordinasi itu, kata dia, TNI AU berhasil memulangkan empat pilot yang kecelakaan ke Tanah Air.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2015
.
TNI AU: 4 Pilot Jupiter Sudah Kantongi Ribuan Jam Terbang
Jakarta – Pihak TNI AU menegaskan bahwa 4 pilot pesawat Jupiter yang terlibat kecelakaan di Langkawi, Malaysia sudah sangat berpengalaman. Empat pilot itu sudah mengantongi ribuan jam terbang.
“Mereka rata-rata memiliki ribuan jam terbang. Para instruktur operasional menjadi instruktur tim aerobatik, sehingga mereka benar terlatih,” kata Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsma TNI Hadi Tjahjanto di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Senin (16/3/2015).
Hadi menjelaskan, keempat pilot yakni Marsekal Yadi Indrayadi, Letkol Pnb Arief Hartono, Mayor Pnb Harjo dan Mayor Pnb Romas sudah berstatus sebagai instruktur penerbang. Soal kemampuan, keempat pilot tak perlu diragukan lagi.
Pesawat KT-1 B Woong Bee yang diterbangkan keempat pilot itu juga dalam keadaan prima saat kecelakaan terjadi. Oleh karena itu, TNI AU tengah melakukan investigasi guna mengetahui penyebab kecelakaan.
“Semua pesawat dalam kondisi sehat termasuk penerbangnya. Oleh karena itu turun tim invenstigasi, tim kesehatan, psikologi penerbangan, KNKT juga bergabung satu tim mencari permasalahannya apa,” jelas Hadi.
Hasil investigasi diperkirakan baru akan diketahui dalam waktu enam bulan. Namun, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriyatna sudah mewanti-wanti bahwa keempat penerbang terancam sanksi jika hasil investigasi menunjukkan adanya kelalaian.
“Jelas sebagai penerbang alami kejadian akan ada sanksi apabila hasil penyelidikan diketahui ada kesalahan, siapa yang sangat dominan,” tegas Agus usai menjemput empat pilot Jupiter dari Langkawi, Malaysia.
Sumber : http://news.detik.com/read/2015