Menhan: Pengedar Narkoba Lebih Kejam dari Penjahat Perang
Selasa, 10 Maret 2015Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berpandangan, pengedar narkoba pantas mendapatkan hukuman mati karena sangat berpotensi merusak generasi bangsa dan menghilangkan nyawa banyak orang. Ryamizard mengungkapkan, minggu lalu dirinya telah mengumpulkan 40 atase pertahanan Indonesia dari 40 negara di dunia. Hal itu dilakukan untuk menegaskan kembali bahwa di Indonesia ada 40 orang yang mati karena narkoba setiap harinya. Jumlah tersebut jika dikalikan setahun, maka ada sekitar 18 ribu warga negara yang meninggal.
“Belum lagi yang rehabilitasi ada 4 juta orang lebih, belum lagi yang sedang menunggu mati karena sudah parah. Ini akibat pengedar. Dia harus dihukum mati, sudah wajar. Jadi harus tahu, harus jelas. Kamu harus bawa pesan ke negara kamu. Itu ada Brasil, Belanda, Australia, dan lain-lain,” ujar Ryamizard di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (4/3).
Menurut dia, para pengedar narkoba belum juga jera, terlihat dari masih beroperasinya beberapa terpidana meski berada di balik jeruji besi.
“Mereka ini kan enggak kapok. Sudah di tahanan masih bisa mengatur peredaran. Apalagi dilepas. mungkin kalau mereka dilepas akan meningkat generasi bangsa kita mati,” kata Ryamizard.
Ia menegaskan, “itu melebihi penjahat perang. Pantas dihukum mati.”
Menjelang eksekusi terpidana mati gelombang II ini, Ryamizard mengaku tidak menambah persiapan keamanan tertentu di sekitar wilayah perairan Nusakambangan. Menurut dia, tidak akan ada perbedaan antara persiapan keamanan pada gelombang I dan II, meski sempat ada penundaan di gelombang kali ini.
“Dia (pemerintah negara-negara yang melakukan protes eksekusi mati) mencoba tarik ulur, kalau misalnya berhasil, ke depannya dikasih terus mereka. Enggak boleh,” ujar dia.
Ryamizard berpandangan, penundaan eksekusi yang terjadi setelah ada lobi-lobi dari pemerintah negara-negara yang warga negaranya akan dieksekusi mati merupakan hal yang wajar.
“Kan kita juga kalau ke mana-mana ada lobi untuk meringankan. Australia juga sebetulnya kan rakyatnya tidak setuju dengan pernyataan PM (Tony Abbott). Tapi PM kan sebagai kepala negara masa dia enggak ada bantuan. Kira-kira begitu. Politik juga, ya,” kata dia menyimpulkan.
.
Menhan Ryamizard: Perang masa karena narkoba, malu-maluin aja
Merdeka.com – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku tidak menyiapkan pengamanan khusus di sekitar lokasi yang akan dilakukan eksekusi terpidana mati kasus Narkoba yakni Nusakambangan. Sebab, tidak ada indikasi upaya penggagalan eksekusi, misal dengan penyerangan melalui kapal-kapal dari Australia ke Nusakambangan.
“Enggak ada, enggak ada. Tidak ada indikasi begitu ya. Mau perang endak gampang-gampang. Perang gara-gara orang kaya gituan kok perang,” ujarnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/3).
Meski demikian, Ryamizard telah mengumpulkan 40 atase pertahanan untuk menyampaikan pesan kepada negara-negara yang warga negaranya akan dieksekusi mati di Indonesia.
“Minggu lalu saya kumpulkan ada 40 atase pertahanan. Saya sampaikan biar jelas, dia kan harus membawa pesan, biar jelas, bahwasanya mereka harus tahu satu hari tuh 40 orang bangsa Indonesia mati karena narkoba. Bayangkan kalau setahun 18.000 mati, belum lagi yang rehabilitasi 4 juta lebih, belum lagi yang sudah tidak bisa lagi, nunggu mati, karena sudah parah. Ini akibat yang pengedar itu. Dia harus dihukum mati sudah wajar, jadi harus tahu harus jelas. Kamu harus bawa pesan ke negara kamu. Itu ada Brasil, Belanda, Australia,” beber Ryamizard.
Ryamizard menyebut penjahat narkoba lebih jahat daripada penjahat perang. Sebab, masih ada terpidana yang ditahan namun masih menjalankan bisnis narkobanya di dalam bilik penjara.
“Mereka ini kan enggak kapok, udah di tahanan masih mengatur peredaran. Apalagi dilepas, oh luar biasa, 18.000 mati mungkin kalau mereka dilepas akan meningkat aja bangsa kita mati. Saya bilang itu melebihi penjahat perang, pantas dihukum mati. Ya saya sampaikan (kepada negara-negara tersebut),” ujarnya.
Jika karena ini, dua negara sampai perang, kata Ryamizard akan sangat memalukan. “Tadi disampaikan dibantu oleh TNI. Tapi mau perang-perang masa karena narkoba malu-maluin aja,” ujarnya.
.
Menhan: Lebih Kejam dari Penjahat Perang, Pengedar Layak Mati
JAKARTA – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan dirinya sudah menjelaskan pada sekitar 40 atase pertahanan negara lain dalam sebuah kesempatan pertemuan bahwa Indonesia akan memerangi narkoba. Salah satu caranya adalah dengan pelaksanaan hukuman mati pada pengedarnya. Di pertemuan itu, kata dia, ada atase pertahanan dari Brasil, Belanda dan Australia, yang juga asal para terpidana mati kasus narkoba.
“Mereka ini kan enggak kapok. Udah di tahanan masih mengatur peredaran. Apalagi dilepas, oh luar biasa. Bisa 18.000 orang mati mungkin kalau mereka dilepas. Bangsa kita bisa mati. Saya bilang itu melebihi penjahat perang, pantas dihukum mati,” tegas Menhan di kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu, (4/3).
Menhan menyatakan ia meminta para atase pertahanan itu membawa pesan pada negaranya masing-masing terkait perang atas narkoba itu.
“Saya sampaikan biar jelas, dia kan harus membawa pesan. Terpidana narkoba harus dihukum mati. Itu udah wajar. Kamu harus bawa pesan ke negara kamu,” sambungnya.
Menhan menyatakan tidak ada pengamanan khusus demi pelaksanaan eksekusi mati para terpidana tersebut. Pengamanan, kata dia, berjalan biasa. Negara, kata dia, tidak ingin ada perlakuan istimewa pada 10 terpidana mati tersebut.
” Tidak ada lah. Mau perang ndak gampang. Perang gara-gara orang kaya gituan kok perang. Mau perang hanya karena narkoba malu-maluin aja. Pengamanan biasa saja,” tegas Ryamizard.
Sumber : http://www.jpnn.com/read/