TRANSLATE

Penembak Jitu Terbaik Dunia Ternyata dari Indonesia

Rabu, 4 Maret 2015

Penembak Jitu Terbaik Dunia Ternyata dari Indonesia

WARTA KOTA, JAKARTA – Namanya Tatang Koswara. Dia masuk dalam daftar penembak jitu atau sniper terbaik di dunia, seperti tercantum dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons. Dalam buku yang ditulis Peter Brookesmith itu, nama Tatang masuk dalam daftar 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia.

Kini, usianya 68 tahun. Setelah pensiun dari dinas, Tatang dan keluarga menyandarkan hidup dari warung nasi yang mereka kelola.

Sebuah koper tergeletak di dekat pintu ruang tamu. Tak jauh dari sana, terlihat sejumlah foto Tatang berseragam lengkap dan sejumlah plakat penghargaan. Di depannya, terlihat hiasan berupa bagian senjata yang ditambahkan pemanis baret hijau TNI AD.

Siapa pun yang datang bisa langsung mengenal siapa sang pemilik rumah dari ruang tamu sederhana ini. Sebagai seorangsniper, kehidupan Tatang sangat dekat dengan senjata. Padahal, dulu, ia tidak sengaja nyemplung di dunia militer.

“Ayah saya memang seorang tentara. Tapi, saya (awalnya) tidak berniat untuk menjadi tentara,” ucap Tatang di kediamannya di lingkungan kompleks TNI AU, Cibaduyut, Bandung, Senin (2/3/2015).

Namun, nasib berkata lain. Saat itu, tepatnya pada tahun 1967, Tatang disuruh ibunya mengantar sang adik untuk mendaftar menjadi anggota TNI. Saat melakukan tes, dia bertemu dengan sejumlah perwira Dandim di Banten yang mengenalnya. Tatang pun ditanya kenapa tidak ikut daftar.

“Saya kenal dengan perwira Dandim karena sebelumnya juara sepak bola. Karena juara sepak bola itu juga dan beberapa prestasi lainnya, saya diminta para perwira Dandim untuk daftar jadi anggota TNI,” ujar Tatang.

Setelah pulang ke rumah, Tatang remaja sempat bingung. Hingga keesokan harinya, dia menyiapkan semua persyaratan dan mendaftarkan diri lewat jalur tamtama.

Sesuai dugaan, Tatang lulus, sedangkan adiknya harus mencoba tahun depan untuk bergabung ke TNI AD.

Berprestasi

Selama di dunia militer, Tatang mendapat sorotan dari atasannya. Pengalamannya hidup di kampung membuat pelajaran militer menjadi hal yang tak sulit baginya, baik dalam hal fisik, berenang, maupun menembak.

Hingga tahun 1974-1975, Tatang bersama tujuh rekannya terpilih masuk program mobile training teams (MTT) yang dipimpin pelatih dari Green Berets Amerika Serikat, Kapten Conway.

“Tahun itu, Indonesia belum memiliki antiteror dan sniper. Muncullah ide dari perwira TNI untuk melatih jagoan tembak dari empat kesatuan, yakni Kopassus (AD), Marinir (AL), Paskhas (AU), dan Brimob (Polri). Namun, sebagai langkah awal, akhirnya hanya diikuti TNI AD,” imbuhnya.

Dalam praktiknya, Kopassus pun kesulitan memenuhi kuota yang ada. Setelah seleksi fisik dan kemampuan, dari kebutuhan 60 orang, Kopassus hanya mampu memenuhi 50 kursi.

Untuk memenuhi kekosongan 10 kursi, Tatang dan tujuh temannya dilibatkan menjadi peserta. Tatang dan 59 anggota TNI AD dilatih Kapten Conway sekitar dua tahun. Mereka dilatih menembak jitu pada jarak 300, 600, dan 900 meter. Tak hanya itu, mereka juga dilatih bertempur melawan penyusup, sniper, kamuflase, melacak jejak, dan menghilangkannya.

Dari dua tahun masa pelatihan, hanya 17 dari 60 orang yang lulus dan mendapat senjata Winchester model 70.

Seperti dikutip majalah Angkasa dan Shooting Times, Winchester 70 yang disebut “Bolt-action Rifle of the Century” ini juga digunakan sniper legendaris Marinir AS, Carlos Hathcock, saat perang Vietnam. Senjata ini memiliki keakuratan sasaran hingga 900 meter.

Rupanya senjata dan ilmu yang diperoleh dari pasukan elite Amerika Serikat ini membantu Tatang dalam pertempuran. Sebab, setelah itu, Tatang ditarik Kolonel Edi Sudrajat, Komandan Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdiktif) Cimahi, menjadi pengawal pribadi sekaligus sniper saat terjun ke medan perang di Timor Timur (1977-1978).

Ada dua tugas rahasia yang disematkan pada dua sniper saat itu (Tatang dan Ginting). Pertama, melumpuhkan empat kekuatan musuh, yaitu sniper, komandan, pemegang radio, dan anggota pembawa senjata otomatis. Kedua, menjadi intelijen. Intinya masuk ke jantung pertahanan, melihat kondisi medan, dan melaporkannya ke atasan yang menyusun strategi perang. Bahkan, ada kalanya sniper ditugaskan untuk mengacaukan pertahanan lawan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jatuhnya korban.

“Lawan kita itu Pasukan Fretilin yang tahu persis medan di Timtim. Mereka pun punya kemampuan gerilya yang hebat, makanya Indonesia menurunkan sniper untuk mengurangi jumlah korban,” ujarnya.

.
Sniper terbaik TNI Tatang Koswara meninggal usai syuting Hitam Putih

Merdeka.com – Sniper legendaris TNI Peltu Tatang Koswara meninggal dunia usai syuting acara TV Hitam Putih bersama Deddy Corbuzier. Prajurit berani ini meninggal dalam usia 68 tahun karena sakit jantung.

Prestasi Tatang Koswara diakui sebagai salah satu sniper dunia. Dia menempati posisi ke-13 dalam daftar sniper pasukan elite dunia.

Tatang bertugas di medan perang Timor Timur. Dia menorehkan banyak prestasi di medan tempur. Namun di masa tuanya, Tatang hidup pas-pasan dan membuka warung makan di markas Kodiklat.

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Bapak Tatang Koswara memejamkan mata untuk terakhir kalinya,” kata Deddy Corbuzier, Selasa (3/3).

“Beliau meninggal setelah menceritakan semua perjuangannya pada kita di Hitam Putih hari ini,” kata Deddy.

Yang mengharukan, Deddy sempat mendengar ucapan tatang. “Sebelum meninggal, beliau berkata pada saya: “Darahku di merah putih,” sejenak setelah itu beliau terkena serangan jantung.”

.
Sniper Tatang Koswara Akan Dimakamkan di TMP Cikutra Bandung

Jakarta – Sniper legendaris Indonesia Tatang Koswara telah tutup usia. Rencananya Tatang akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, Bandung.

“Akan dimakamkan di TMP Cikutra. Pak Kapuspen Fuad Basya sudah menyiapkan karangan bunga duka cita untuk almarhum,” ujar Letda Sahlan Rambe, Paur Iisabra TNI saat dihubungi detikcom, Selasa (3/3/2015). Letda Sahlan mewakili Mabes TNI untuk mendampingi Tatang selama di Jakarta.

Sahlan menambahkan bahwa Kapuspen TNI juga memerintahkan agar pihak dari Puspen TNI hadir di dalam pemakaman Tatang Koswara. “Kebetulan dari Puspen TNI yang mewakili itu Saya di pemakaman almarhum,” lanjutnya.

Letda Sahlan baru mengenal sosok Tatang Koswara dalam beberapa hari ini saja. Karena nama Tatang yang lagi tenar di media sosial.

“Dia kan di media sosialkan sangat tenar. Sekarangkan dia lagi dicari-cari sama media karena ketenaran dia itu. Dari situlah kenalnya,” sambungnya.

Sahlan juga menceritakan betapa senangnya Tatang ketika akan masuk di televisi. Tatang sampai menelepon sanak familinya untuk mengabarkan bahwa dirinya masuk tv.

“Ya gak menyangka kalau Beliau wafat. Ya sudah takdir. Dan keluarga sudah mengerti itu,” tutupnya

Sumber : http://news.detik.com/read/




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia