Ini Marsdya Agus, komandan baru TNI AU, mantan pilot tempur F-16
Selasa, 6 Januari 2015Merdeka.com – TNI Angkatan Udara memiliki pemimpin baru, Marsdya TNI Agus Supriatna. Dia telah dilantik menjadi Kepala Staf TNI AU yang ke-20 oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada hari Jumat (2/1).
Agus terlahir sebagai putra dari pasangan Sumantri Martaatmaja dan Tjitjih Mulyasih di Bandung, 28 Januari 1959. Dia lulusan AKABRI Bagian Udara (AAU) tahun 1983, lalu mengikuti Sekolah Penerbang TNI AU jurusan tempur.
Dia mulai meniti karir sebagai penerbang pesawat tempur A-4 Skyhawk Skadron 11 yang berpangkalan di Lanud Iswahjudi Madiun. Karirnya diawali sebagai Kasi Opslat Skadud 11 Lanud Iswahjudi tahun 1987.
Setelah menjalani pendidikan Instruktur Penerbang, Agus beralih ke pesawat F-5 Skadron Udara 14 Lanud Iswahyudi dan selanjutnya bergabung menjadi penerbang pesawat F-16 Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi. Karirnya memang banyak dihabiskan di skadron tempur. Mulai dari Instruktur Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi (1992), Danflightops D Skadron Udara 3 Lanud Iwj (1994), Kadisops Skadud 3 Wing 3 Lanud Iwj (1996) selanjutnya Danskadik 102 Wingdikterbang Lanud Adi (1998).
“Sebagai penerbang tempur beliau berpengalaman mengikuti berbagai macam operasi tempur dan latihan di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga,” kata Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto.
Karir Agus terus menanjak sebagai Pabandya Opsudstrat Paban II/ Ops Sopsau (2000), Kabadan Uji Koopsau I (2001), Athan RI KBRI Singapura (2003), Paban Utama B-3 Dit B Bais TNI (2006), Danlanud Hasanudin (2010), Kaskoopsau I Jakarta (2011) Panglima Koopsau II Jakarta (2012), Wairjen TNI Itjen TNI (2014), dan terakhir Kasum TNI (2014).
Selain itu Agus Supriatna juga pernah mengikuti penugasan sebagai Officer Exchance di Japang (1994), Advance Weapon Instructor Course F-16 di USA (1995), Anggota tim Aerobatik F-16 TNI AU “Elang Biru” (1996), Safety Seminar di Swiss (2004), Observer latihan Red Flag di Alaska USA (2011), Ketua Delegasi Percepatan pengiriman pesawat Sukhoi SU/30 tahap ke-3 terakhir (2012/2013), Wasrik Athan RI di AS, Brazil, Penmil PTR New York AS (Mei 2014).
“Dari sini Agus Supriatna selanjutnya dipercaya untuk menjabat sebagai Kasau ke 20 menggantikan Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, adapun serah terima jabatannya akan dilaksanakan Kamis, 15 Januari 2014 di Jakarta,” kata Hadi.
Setelah 31 tahun bertugas di TNI Angkatan Udara, suami dari Bryan Timur R. dan ayah dari dua putri dan seorang putra (Annisa Risqika F, Chaerunisa IF, dan Muhammad Ridho Alfiansyah) ini, tercatat telah memperoleh beberapa tanda kehormatan meliputi Bintang Yudha Dharma Utama, Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama, Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararya, Satyalancana Kesetiaan XXIV Thn, Satyalancana GOM VII, Satyalancana Seroja, Satyalancana Dwidya Sistha.
.
Kasau Diminta Efektifkan Pengendalian Udara
JAKARTA – Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) yang baru, Marsdya TNI Agus Supriatna, diharapkan bisa mengefektifkan pengendalian kekuatan matra udara yang saat ini menjadi bagian operasi terpadu TNI. Ke depan, Kasau harus bisa melepaskan ego sektoral antarmatra sehingga tercipta kesinambungan kekuatan untuk menjaga wilayah udara Indonesia.
“Operasi penemuan pesawat Air Asia QZ8501 bisa menjadi salah satu kerja sama sektoral yang patut dicontoh. TNI AU dan TNI AL saling mendukung untuk menemukan korban pesawat yang jatuh pada Minggu lalu itu. Pada operasi itu, ego sektoral sudah tak terlihat, dan kerja sama ini banyak dipuji dunia,” kata pengamat pertahanan dari IDSPS, Mufti Maakarim, kepada Koran Jakarta, Minggu (4/1).
Mufti menambahkan niat Agus memperbanyak radar diapresiasi. Kebutuhan untuk membangun kekuatan udara tak semata-mata pengembangan skuadron tempur, tapi juga pendukungnya, yakni radar yang bisa mencakup seluruh wilayah Indonesia.
Agus juga diharapkan bisa mendukung pengembangan Indonesia sebagai poros maritim dunia. “Jangkauan wilayah kita amat luas. Diperlukan TN AU untuk mengawasinya karena daya dukung cukup besar,” ujar Mufti.
Radar Canggih
Sebelumnya, Agus berniat memodernisasi radar agar bisa mendeteksi lebih baik pergerakan benda yang masuk ke wilayah Indonesia. “Saya ingin punya radar canggih. Dengan radar bagus, TNI AU bisa segera tahu jika ada pesawat asing yang masuk wilayah Indonesia,” kata Agus. Agus menginginkan radar itu tersebar hingga ke pelosok perbatasan Indonesia.
“Kalau kita memunyai radar di manamana, ya tidak akan ada yang masuk. Baru masuk sebentar saja sudah di-force down oleh kita,” jelasnya. Khusus alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AU, Agus akan menjalankan kebijakan dari Kasau sebelumnya, Marsekal Ida Bagus Putu Dunia, yang pensiun Februari nanti.
Di antaranya, mengganti pesawat F-5 dengan pesawat yang lebih canggih. TNI AU akan mendatangkan sejumlah helikopter dan pesawat angkut Hercules dari Australia. Indonesia, kata Agus, membutuhkan banyak pesawat angkut mengingat banyaknya bencana alam yang terjadi. “Pada saat saya jadi panglima Komando Operasi Angkatan Udara, sejumlah kejadian seperti meletusnya Gunung Sinabung maupun banjir bandang di Manado, pesawat angkut amat membantu,” jelasnya.
Pengangkatan Agus berdasarkan Keputusan Presiden No 01/TNI/2015, yang ditetapkan 2 Januari 2015. Agus mencatatkan sejarah sebagai perwira bintang dua yang langsung dipercaya menjadi Kasau. Meski begitu, sebelum menjabat Kasau, Panglima TNI Jenderal Moeldoko telah menaikkan pangkatnya menjadi bintang tiga atau marsekal madya dan menempatkannya sebagai kepala Staf Umum TNI menggantikan Laksdya Ade Supandi.
Jabatan itu hanya diemban Agus dalam kurun tiga hari sebelum pelantikannya menjadi Kasau. Marsdya TNI Agus Supriatna lahir di Kota Bandung, Jawa Barat, 28 Januari 1959. Mengawali karier militernya sejak tahun 1983, saat lulus dari Akademi Angkatan Udara (AAU), Agus Supriatna juga pernah menjabat sebagai Pangkoopsau I dan Pangkoopsau II dan Wakil Inspektur Jenderal TNI.
Sumber : http://www.koran-jakarta.com/