Pertemuan Dengan Wartawan Asing, Menhan Angkat Masalah Dinamika Ancaman Nyata dan Strategi Antisipasinya
Minggu, 19 Juni 2016Menteri Pertahanan selaku pembicara pada Forum Pertemuan Wartawan Asing yang diselenggarakan Jakarta Foreign Corespondents Club (JFCC), Jumat, (17/6) di Jakarta, berbicara mengangkat masalah dinamika dua ancaman nyata yang berpotensi menganggu keamanan kawasan serta desain Pertahanan Negara sebagai strategi antisipasi ancaman nyata.
Saat mengulas masalah Dinamika Ancaman Nyata yang menjadi perhatian dari negara di kawasan, Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu menyebutkan ancaman teroris dikawasan. Dijelaskan Menhan, belakangan ini di Asia Tenggara tidak luput dari evolusi koalisi ancaman terorisme baru yang terinspirasi oleh perjuangan kelompok ISIS yang beroperasi di perairan Laut Sulu. Kelompok ini juga melibatkan kelompok pemberontakan yang berasal dari Filipina Selatan, Indonesia, Malaysia dan segelintir orang Uigurs dari Tiongkok bahkan dari Timur Tengah.
Dari peristiwa ini dapat diketahui bahwa negara bangsa saat ini bukan hanya menghadapi ancaman terorisme skala internasional tetapi dalam bentuk penggabungan individu-individu dan kelompok-kelompok dari berbagai negara.
Dinamika ancaman nyata lainnya adalah berkaitan dengan keamanan maritim dikawasan. Disadari bahwa dikawasan Asia Pasifik, masih terdapat permasalahan ancaman tradisional yang belum selesai, seperti sengketa Laut China Selatan. untuk itu juga Menhan merasa optimis melalui dialog-dialog intensif, mematuhi hukum-hukum dan Norma-norma internasional, komitmen pihak-pihak yang bertikai, pencapaian kesepakatan bersama akan mengurangi konflik.
Menhan menuturkan Indonesia juga akan senantiasa mengajak melakukan pendekatan terhadap kekuatan utama dan pihak-pihak yang bertikai dikawasan. Tujuannya adalah agar negara-negara yang terlibat konflik di kawasan Laut China Selatan bersedia untuk membuka diri dan melakukan langkah kongkrit untuk terus bekerjasama dalam krangka ASEAN. Karena melalui forum ASEAN ini juga dapat mengedepankan dialog, keterbukaan dan transparansi serta kegiatan bersama sebagai media untuk menyelesaikan setiap permasalahan dengan cara damai yang sesuai dengan semangat ASEAN.
Disisi lain untuk menjaga keamanan maritim di kawasan, Menhan menjelaskan beberapa negara di ASEAN juga telah melakukan bentuk kerjasama konkrit melalui Patroli Terkoordinasi Selat Malaka. Selain itu juga ada program latihan bersama Angkatan Laut negara-negara kawasan dilokasi yang sering terjadi tindak kriminalitas. Hal ini untuk membiasakan prosedur koordinasi dan pengenalan terhadap medan dan situasi sebenarnya guna menciptakan efek penangkal bagi pelaku kejahatan.
Menhan mengingatkan pentingnya peningkatan kerjasama dalam keamanan maritim bukan hanya untuk perdagangan saja, tetapi maritim juga merupakan zona yang rawan terhadap aksi kriminalitas lintas negara, perdagangan manusia, pengungsi dan perlintasan narkotika.
Menhan selanjutnya mengatakan dihadapkan pada dinamika yang multidimensional dan bentuk ancaman nyata tersebut, maka Kementerian pertahanan membuat Desain Strategi Pertahanan negara sebagai bentuk antisipasinya.
Adapun kebijakannya dijelaskan Menhan adalah membangun postur pertahanan negara melalui perbaharuan Alutsista, meningkatkan kerjasama pertahanan di kawasan baik bilateral maupun multilateral dalam rangka pembangunan kemampuan dan mewujudkan pembangunan kepercayaan diri.
Disamping itu adanya kebijakan membangun koordinasi dan kerjasama dengan negara dikawasan, membangun karakter bangsa melalui program Bela Negara (Nasionalisme) guna mendukung pertahanan negara dalam menghadapi ancaman serta sebagai alat untuk penguatan jati diri bangsa dari paham radikal kiri maupun kanan.
Desain Strategi Pertahanan itu disusun berlandaskan kekuatan hati nurani yang bersifat Defensif aktif yang merupakan penggabungan antara kekuatan soft power keluar (Diplomasi Pertahanan) dan kekuatan Hard Power dengan sistem pertahanan rakyat semesta. Jakarta, DMC.