Tatanan Lanskap Kota Seoul, Korea Selatan
Minggu, 11 Agustus 2013Sebagaimana halnya kota besar manca negara lainnya, lanskap kota Seoul tidak tampak berbeda dengan wajah kota-kota modern umumnya. Deretan bangunan pencakar langit, silang susun jalan dan jembatan, kemilau jalur biru sungai yang mengalir jernih berdampingan dengan jalur hijau sempadan sungai, semarak taman penghias kota, serta nuansa kota modern lainnya jadir di ibukota negara semenanjung ini.
Di balik wajah modern kota tersimpan nilai-nilai tradisional kearifan lingkungan yang patut diteladani. Bentang alam kota yang dikelilingi sabuk hijau (greenbelt) pegunungan yang membingkai horizon kota dan sungai jernih melintasi kota merupakan wujud harmonis hubungan mutual konstruktif manusia dan lingkungannya. Seakan-akan Seoul menjadi kota di mana lembah dan bukit, angin dan air, langit dan bumi, pria dan wanita hidup damai dalam lingkungan keharmonian.
Filosofi naturalistik – hidup harmonis dengan alam – yang secara tradisional dianut masyarakat negeri semenanjung ini menjadi ruh dalam penataan kota. Keseimbangan dalam mengelola alam secara harmonis ini didasarkan pada pemahaman geomansif dalam filosofi yin-yang, the five elements of the universe dan fengshui yang berasal dari Cina.
(Geomansi merupakan seni mengenali bentuk interaksi energi (ki) bumi dengan budaya masyarakat)
Praktek-praktek pemahaman atas filosofi tersebut diterapkan mulai dari proses seleksi tapak sampai penataan ruang dan massa, baik pada skala regional, kota, desa kawasan, istana, rumah maupun pemakaman.
Sumber: Pramukanto, Qodarian., 2009, The Geomancy Order of Seoul City, Korean Studies in
Indonesia. INAKOS Journal.
Kotributor: Mr. Adit P.